INILAH AKU"....Karena Hidupku Bukan Tujuanmu

inilah akuGrobogan Metro Realita Cyber .Meski Saudaraku Belum Mengakui Aku

Saya beruntung tumbuh dari keluarga yang menganut paham betapa pentingnya modal pendidikan untuk masa depan. Sejak kecil, saya dididik dengan keras, dihidupkan dalam suasana kompetisi untuk menjadi yang terbaik di kelas, sekolah, kecamatan, bahkan kalau perlu kabupaten
dan tingkat provinsi. Mimpi yang ambisius, tetapi orang memang perlu ambisi untuk melangkah ke tingkat yang lebih baik.
Saya sendiri sadar betul, tidak ada yang bisa saya “jual” kecuali otak sebagai modal satu-satunya. Orang tua saya adalah pegawai negeri yang tidak mungkin memberi modal materi untuk memiliki sebuah bisnis besar (misalnya toko bangunan ataushowroom mobil). Jadi alat satu-satunya untuk bertahan hidup di masa depan adalah mengasah otak setajam-tajamnya, kalau perlu pisau cukur pun kalah tajam.
Orang sering melihat hanya di kulit permukaan yangglamour saja tanpa mau melihat di dalamnya. Banyak orang yang bilang dengan enteng kalau pandai itu sudah bawaan dari lahir, anak kalau otaknya tidak encer, sulit untuk menjadi juara kelas. Kata-kata yang cukup menyakitkan.
Saya percaya, bakat atau DNA kepandaian itu memang berperan, tapi sebagian besar tetap ditentukan oleh kerja keras. Saya merasa tidak menyesal telah kehilangan masa apa yang disebut orang sebagai masa yang paling indah itu: SMA. Masa untuk berhura-hura, pacaran, dsb. Saya memilih peran menjadi anak yang kalau di sinetron sering digambarkan sebagai anak yang culun, berkacamata tebal, dan dianggap tidak gaul. Syukurnya, saya masih tidak berkacamata dan banyak teman yang mau berteman dengan saya.
Saya lebih memilih untuk ikut aturan main sistem pendidikan yang ada daripada menyalah-nyalahkan sistem pendidikan yang katanya kacau itu. Mengetahui kalau Ebtanas dan SPMB adalah satu-satunya komponen yang paling menentukan masa depan, mulai kelas 2 SMA, saya sudah menyiapkan diri. Berangkat ke sekolah pagi, selesai jam sekolah jam setengah 2 siang langsung ke bimbingan belajar sampai jam lima sore. Jam 7 malam mulai mengerjakan PR sampai larut malam. Demikian seterusnya selama dua tahun penuh.
Berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri — dengan jurusan yang diminati, adalah prestasi dan anugerah yang tidak terkira. Bagaimanapun juga, biaya PTN relatif lebih murah daripada PTS, dan bisa belajar bersama dengan orang-orang pandai dari seluruh pelosok negeri adalah keuntungan tersendiri. Karakter Anda sedikit banyak akan dipengaruhi oleh lingkungan yang cenderung baik. Masuk ke dunia kerja pun akan relatif lebih mudah, selain reputasi nama PTN yang tidak diragukan lagi.
Saya tahu, Ibu saya telah berhasil menumbuhkan kesadaran pentingnya pendidikan sejak dini. Adalah maha penting bisa mendapatkan nilai ujian di sekolah dengan rata-rata 9.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...